Selasa, 18 Januari 2011

bersama kalian part 2 (puncak)

otak udah gak punya, jelas masih punya tapi gak tau isinya apa.

Di hari itu, tanpa tau kenapa, seorang teman, sebut aja boncos, kalian gak perlu tau nama aslinya, karena kalo pun tau, percuma, dia cuma di panggil boncos, bukan dimas.
dia datang ke kosan, sebenarnya karena ajakan dari si ijan (kompor) dan iie (techo gas -> nyambernya lebih cepet), buat dateng kekosan dan pergi bermalam minggu di puncak.

dan yang seperti kalian tau, hari itu atau lebih tepatnya tanggal itu, uang sedang tipis-tipisnya sangat tipis dan benar-benar tipis.

karena yang bernama boncos ini pun sudah terlanjur datang, dan sempat ngambek juga karena dia tertipu ulah si kompor dan techno gas itu, akhirnya, semua bersiap setelah sebagian yang lain selesai bermain futsal.

sepertinya pergi ke puncak ini memang sangat tidak direncanakan sama sekali, dan benar-benar tidak ada persiapan yang benar-benar siap, apalagi di  bagian materi.

di awal kami mengumpulkan uang untuk dana bensin, rokok berbungkus-bungkus dan air mineral.

aku lumayan sangat bersyukur dengan punya mereka. satu hal lagi, kemanapun mereka pergi bersama-sama, punya uang atau pun sama sekali tidak, perjalan kemana pun dengan mereka tetap tidak pernah jenuh. -> jilat dikit...

dan karenanya sangat di sayangkan sekali jika seorang teman lama itu pergi demi menjadi pahlawan kesiangan cewek kerudungan bermata kodok dan kantung mata besar.

masuk tol, tidur sampai akhirnya kita berhenti di sebuah mini market.
dan siapa lagi kalau bukan uu yang mengeluarkan credit card-nya untuk beli ini dan itu. gue suka orang yang pake credit card, tapi gue gak suka pake credit card.

intermezo, sebelum gue tau credit card itu apa, jaman-jamannya pas Smp, bokap gue udah punya credit card, initial-nya C. gue pikir itu kartu ajaib, yang tiap gue mau apa-apa, bokap gue gak pernah bayar pake uang banyak, cukup kasih kartu itu, terus tanda tangan. dan sampai pernah suatu kali, gue ambil creditcard bokap gue. gue taro dompet, dan itu keliatan keren banget pas jaman smp, kartu itu ada di dompet gue, dan nongol ditempat selipan dompet. warna emasnya berkilau-kilau kalo gue buka dompet gue. beberapa hari kartu itu ada di dompet gue, mungkin bokap gue belom sadar juga kalo salah satu kartu nya gue ambil. dan suatu hari, gue pergi ke toko makanan. karena gue pikir, gue mau belanja makanan banyak, gak mau juga di warung yang kecil.
setelah ambil ini dan itu, dan gue inget banget, gue ambil majalah bobo juga, pas mau gue bayar, penjaga tokonya ngeliatin gue sambil ngeliatin aneh dan terus menerus.
"kamu gak salah de? gak bisa pake ini bayarnya. bilang sama papanya ya, disini cuma terima cash, uang beneran, bukan ini."
gitu deh kira-kira penjaga tokonya bilang.
semenjak itu, gue pikir kartu itu gak ajaib lagi. gue kecewa banget waktu itu, bener-bener kecewa. soalnya gue dah nunda beberapa hari, di tambah lagi rasa takut kalo papa tau kartu kreditnya ada di gue. ditambah lagi, beberapa hari setelah itu, telepon dirumah gue bunyi. yang telepon laki-laki, dia nanya bokap sama nyokap gue yang emang gak ada siang itu. gak tau salah gue dimana, dia maki-maki gue, pake kata kasar, dan ngatain bokap nyokap gue. hah? apa salah gue?
dan ternyata itu adalah penagih kartu kredit. dan semenjak itu benar-benar tidak suka sekali sampai sekarang dengan kartu kredit dan semua orang yang kerja sebagai penagih kartu kredit.

lanjut, setelah di mini market berhenti, kita melanjutkan perjalan.
waktu itu sudah malam sekali, dan gue kurang inget juga jam berapa. intinya malem itu udah sepi, ada bulan sama bintangnya. ditambah makin kerasa udara sejuk puncak nya, sampai akhirnya melihat kebun teh dan jalanan yang mulai berbelok-belok dan gue yakin, kita akan segera sampai.

jalanan berbelok, angin dingin berhembus masuk kedalam mobil lewat jendela buat rambut berantakan, dan kuping pengang. ditambah perut mules ketawa terus gak berenti karena lelucon mereka. mulai main jebak-jebakan , maaf salah ketik, tebak-tebakan (tombol backspacenya macet).
sampai cerita jayus-jayusan yang seharusnya gak penting buat di ketawain. tapi kenapa semua ketawa? gue jadi ketawa juga deh kalo gitu :)

mobil berbelok ke sebuah jalan yang lebih kecil sedikit di bandingnkan jalan raya, yang mungkin hanya muat untuk 2 mobil, kemudian jalanan menanjak.
sampai di parkiran cibodas, kami berhenti di salah satu warung sederhana, dan uu yakin itu adalah warung yang pernah dia datangi saat study tour pas SMA. itu berarti kira-kira 7 tahun yang lalu. tapi setelah melihat ibu-ibu penjaga warung itu, ii dan uu tidak begitu yakin kalau itu adalah si emak penjaga warung yang pernah mereka datangi dulu.

gue sempet heran juga, ngeliat dari kejauhan uu mencium tangan penjaga warung itu, sambil pasang muka bingung dan ragu. dan sempat terbesit di pikiran uu dan ii, kalau penjaga warung yang dulu sudah meninggal dan yang mereka salimi itu adalah anak dari si emak penjaga warung dulu.

selang berapa lama, uu masih ngobrol sama si emak, yang lainnya pergi karena merasa tidak yakin dengan tempat yang pertama adalah tempat yang pernah mereka kunjungi.

sampai akhirnya ii bilang, tempat si emak naik lagi sedikit, ada diatas, dan tempat pertama kita datangi itu jelas memang bukan si emak. dan bukan anak si emak juga.

-> apapun lah, gue salut sama uu atas keberanian dan sikap santunnya.
-> pantes juga emak yang bukan si emak itu bingung setengah mati pas uu tiba-tiba cium tangannya
-> uu sempet bilang juga kalo dia anak telkom yang dulu pernah kesana
-> gue yakin banget emak yang bukan si emak itu mikirnya, dia mau dapet bantuan dana dari telkom

karena udah salah, dan gak enak banget langsung pergi gitu aja, akhirnya si uu cuma beli teh manis yang harganya 3ribu. (udah gitu teh manisnya gak di minum)

ditempat emak yang sebenarnya si emak,
tau lah kelanjutannya kaya apa, rame nya kaya apa semua ngecengin si uu yang sotoy itu. dan bisa di pastikan juga kita bermalam di tempatnya si emak.
ga tidur karena gak ada tempat tidur juga
gak rebahan karena emang tempat duduknya cuma kayu panjang dan lebarnya kira-kira 7 centi doang

jadi, pondok si emak malam itu, atau lebih tepatnya pagi itu penuh sama ketawa, omongan kotor, dan suara gitar + penyanyinya. sampai mungkin berkali-kali si emak bilang, "sst..."
tapi kalo "sst.." gitu doang apa artinya?
kita di kosan sekarang udah beratus-ratus kali didatengin penjaga kosan yang pake daster terus teriak-teriak supaya jangan pada berisik.
dan kita juga udah berpuluh-puluh kali dapet laporan warga karena terganggu sama keberisikan dan akhirnya pak rt sampai turun tangan supaya kita gak berisik lagi. dan yang terakhir, si penjaga kosan sambil pasang muka melas bilang, "tolong gue banget deh, tolong banget, gue dari kemaren udah berurusan sama pak rt gara-gara pada berisik banget, jangan sampe malem ini gue didatengin pak rt lagi ya?"

lanjut sampai matahari muncul dan betapa indah nya ketika mata ini dapat melihat hamparan gunung berwarna hijau dan biru dari kejauhan karena pantulan sinar matahari. udara sejuk sesejuk itu kapan lagi kita dapetin senikmat pagi itu?
1. karena jelas, sepaginya kita bangun atau gue lebih tepatnya ada jam setengah 8.
2. karena memang kita tinggal ditengah kota jakarta yang tingkat polusinya sudah sangat tidak bisa di maafkan, sampai udara pagi saja sudah terkontaminasi dengan asap rokok.

entah usul setengah gila, tak sadar atau belaga waras, untuk pergi naik gunung. lebih tepatnya ke air terjun gunung gede.
memang tidak jauh, lumayan dekat, malah sangat dekat, tapi ini ditujukan untuk orang-orang yang tiap minggunya naik gunung gede.
"cuma 15 menit." kata si matra.
jelas-jelas buat orang normal aja ke air mancurnya salah, air terjun lebih tepatnya, kita bisa sampe 1.5 jam. apalagi perokok, 3 tahun sekali naik gunung ditambah kondisi boncos yang kaki nya sedang cidera. -> oke ya ncos ;p
dan yang lebih parahnya kita sama sekali gak tidur hari itu. -> pada pinter ya kalian.
gue sih, ayo aja, secara naik gunung gede kan gue udah 70 kali. -> maklum anak gunung

sampai, kurang tau juga berapa KM, boncos tampak kurang kuat, dan si matra gendong boncos sampai kira-kira tanjakannya gak curam lagi. so sweet matra yaa!
gak lama setelah itu, sepertinya memang sudah tidak bisa dipaksakan lagi, karena melihat boncos juga, takutnya ada apa-apa lagi. dan akhirnya ii memutuskan untuk turun berdua sama boncos. boncos minta kita lanjutin lagi pendakian kita sampai air terjun. tapi karena memang awalnya kita berangkat bareng, ya pulang juga harus bareng lagi, jadi gak lama boncos turun, kita menyusul turun.

sampai sini perjuangan kita?
belum!

karena setelah itu, setelah mengisi perut hanya dengan gorengan bakwan lontong dan gemblong, kita jalan menuju pulang.
sampai hampir puncak pas, ternyata ada penutupan jalan. sampai kira-kira 1.5 jam setengah.
bisa dibayangkan, perut lapar, gak bisa makan atau yang benernya gak bisa makan karena uang pas-pasan.
sempat kesal juga karena mau pipis aja harus bayar seribu!

setelah menunggu penutupan jalan, jalan belum sempurna betul berjalan dengan lancar, masih tersendat. dan ini pun mulai membuat kesal, ditambah ngantuk parah, kaki sakit dan lapar. ampun-ampunan!

dari mulai berangkat pulang jam 10, dan karena penutupan jalan dan macet disana sini, sampai kira-kira jam 3 jalanan sudah mulai normal.

dan ada hamba Alloh yang mengirim ke atm gue, karena gak tega mendengar cerita gue :(
baru setelah itu bisa merasakan sesuatu masuk ke lambung yang mulai bekerja akhirnya. lumayan terisi roti dan cemilan dan air mineral.

sampai akhirnya, jam setengah 6 sampai dikosan.

dan sampai saat ini, gue masih belum tau ini cerita menyenangkan atau menyedihkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar